Tanggal 29 April 2011, merupakan hari yang bersejarah bagi kerajaan Inggris, terlebih khusus bagi Pangeran William dan Kate. Putra dari Pangeran Charles dan Lady Diana yang bernama lengkap William Arthur Philip Louis akan menikahi Catherine Middleton di gereja Westminster Abbey, London. Pangeran William akan mengenakan seragam militer, yaitu seragam Colonel of the Irish Guards, sesuai tradisi pernikahan kerajaan. Sementara, gaun dari Kate tetap dirahasiakan sampai acara pernikahan ini dilangsungkan.
Pasangan yang bertunangan pada tanggal 2 Oktober 2010 mengundang sekitar 1900 tamu dalam acara pernikahan mereka. Diinformasikan bahwa David Beckham dan Victoria juga termasuk dalam undangan tersebut. Sementara itu, mereka yang tidak mendapat undangan resmi datang dan berkemah di sekitar gereja Westminster Abbey untuk menyaksikan prosesi acara pernikahan tersebut. Hotel-hotel yang ada di sekitar gerejapun sudah terisi penuh. Mereka bukan para undangan, namun ingin menyaksikan acara itu lewat jendela kamar hotel.
Dalam acara ini, keluarga jutawan Middleton, akan membayar biaya pernikahan, termasuk acara di gereja Westminster Abbey, bunga, gaun pengantin, prosesi kereta, resepsi dan jamuan makan. Pemerintah Inggris akan menanggung semua baya lain terkait dengan pernikahan itu. Acara ini akan disiarkan secara langsung melalui berbagai media, termasuk youtube dan media televise baik di Inggris maupun di luar Inggris termasuk di Indonesia. Sungguh suatu pernikahan yang mengagumkan.
Namun, dalam Alkitab, dicatat lagi suatu pernikahan. Alkitab mencatat “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: ‘Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!’ (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) Lalu ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’ Katanya lagi kepadaku: ‘Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.’” Wahyu 19:6-9.
Ini adalah pernikahan yang terbesar sepanjang sejarah manusia. Pernikahan ini akan dihadiri oleh “himpunan besar orang banyak”. KJV menuliskan, perkawinan ini akan dihadiri oleh “great multitude”, suatu kumpulan yang sangat besar. Ini adalah kumpulan besar yang terdiri bukan hanya manusia, tetapi seluruh mahkluk Sorga, dan juga penduduk seluruh alam semesta yang tidak jatuh dalam dosa itu, akan menyaksikan perkawinan ini. Ini adalah perkawinan Anak Domba Allah, Yesus Kristus dengan mempelai-Nya.
Perkawinan ini tidak diadakan di kerajaan yang ternama di dunia ini, yang perlu di jaga ketat oleh petugas militer agar tidak diganggu oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab. Pernikahan ini diadakan di Sorga, pusat pemerintahan alam semesta, yang tidak perlu takut dengan adanya gangguan teroris yang akan merusak acara itu. Sungguh suatu pernikahan yang luar biasa. Sukacita dan kebahagian yang tak terkatakan akan memenuhi hati segenap insan yang menyaksikan pernikahan itu.
Orang yang hadir dalam pesta perikahan itu, adalah mereka yang terbiasa memuji Tuhan. Hal ini terbukti pada waktu acara itu akan dilaksanakan, ungkapan yang pertama keluar dari bibir mereka adalah “Haleluya!” Mereka yang terbiasa dengan ucapan persungutan dalam perjalanan menuju hari pernikahan ini, tidak dapat berharap untuk dapat memasuki pesta pernikahan itu. Jubah mereka telah dinodai oleh persungutan yang membuat mereka tidak layak memasuki ruangan pernikahan itu. Mereka bersungut atas apa yang terjadi dengan kehidupan, mereka bersungut dengan apa yang terjadi dengan diri mereka, mereka bersungut dengan keadaan gereja yang suam-suam kuku, mereka bersungut melihat pemimpin yang munafik dan korupsi, mereka bersungut melihat anggota-anggota yang cinta diri. Mereka terus bersungut-sungut gantinya mengasihi dan mendoakan supaya Tuhan campur tangan dalam setiap masalah yang mereka saksikan. Tanpa mereka sadari, jubah mereka telah dikotori oleh persungutan itu. “Tamu-tamu dalam pesta Injil itu adalah orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan. Tetapi tidak semua orang yang mengaku Kristen adalah murid yang sejati.” COL. 310.
Dalam pesta pernikahan itu, seluruh undangan dinyatakan berbahagia melihat kebesaran acara yang dilaksanakan. Tidak ada pernikahan sebelumnya seperti pernikahan ini. Mungkin beberapa orang akan mengatakan, bahwa hal ini terlalu dibesar-besarkan, namun, Alkitab mencatat “perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.”
Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah: kapankah hari pernikahan itu akan tiba? Tanda-tanda sudah begitu jelas. Kemarin Amerika Selatan digoncangkan oleh Badai Tornado. Detik.com melaporkan, sedikitnya 220 orang meninggal dunia dan berbagai fasilitas umum diporak-porandakan oleh badai ini. Ini adalah badai tornado terparah dalam empat dekade terakhir. Dua bulan yang lalu, gempa yang menewaskan ribuan orang menerjang Negara Jepang. Namun, apakah inilah penentu waktu pernikahan ini? Alkitab tidak menyatakan demikian. Ini hanyalah sebatas tanda datangnya hari itu, namun bukan penentu hari pernikahan tersebut.
Penentu dari hari itu adalah kesiapan dari mempelai wanita. Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah mempelai wanita ini? Wahyu 21:2 menyatakan bahwa pengantin itu adalah kota suci. Namun, adalah suatu hal yang sulit dibayangkan bahwa Yesus akan menikah dengan sebuah kota. Nabi Hosea menyatakan “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.” Hosea 2:18. Di sini Tuhan tidak menyatakan Dia akan menikah dengan sebuah kota, namun dengan umat-Nya. Dengan melihat gambaran buku Wahyu, maka kita mendapati, kota ini adalah sebuah lambang. Ini adalah lambang generasi yang hidup tanpa cacat cela. Mereka telah dikaruniakan “lenan yang halus”, yaitu “perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.”
Wahyu 3:12 menyatakan mereka yang menang akan menjadi “soko guru di dalam Bait Suci”. Sementara Wahyu 21:12 menyatakan Yerusalem yang baru ini “temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel.” Ayat ini menunjukkan adanya 12 pintu gerbang dan di atasnya tertulis nama ke 12 suku Israel. Buku Wahyu menggambarkan 12 Suku Israel itu sebagai kelompok 144.000 yang tidak bercela (Wahyu 7:1-8 dan Wahyu 14:1-5). Lambang ini lebih nyata ketika malaikat itu mengukur kota itu dan ukurannya adalah 144 hasta, Wah. 21:17.
Berbagai jenis permata dan emas murni kota ini menggambarkan tabiat orang-orang kelompok 144.000 ini. Mereka telah mengalami pemurnian. Iman mereka tidak hangus dibakar dalam api penderitaan, hinaan, celaan, ejekkan, dan bahkan penganiayaan. Hubungan mereka dengan Yesus adalah suatu hubungan yang hidup, hubungan yang tidak dapat dipisahkan sekalipun oleh maut. “Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang” tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari Kristus. Mereka tetap bersatu dengan Kristus dalam satu hubungan kasih. Bukan hanya hal-hal itu, “maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain” tidaklah menjadi suatu alasan bagi mereka untuk tidak mengasihi Tuhan mereka. Roma 8:35,38,39.
Segala jenis penderitaan yang mereka alami bukanlah membawa mereka bersungut-sungut, namun membawa mereka semakin dekat dengan Tuhan. Hasilnya, iman, pengharapan, dan kasih mereka kepada Tuhan akan muncul seperti berbagai-bagai jenis permata yang berharga dan bagaikan emas yang murni. Mereka adalah suatu gambaran yang cocok dengan keadaan kota suci itu sendiri.
Suatu hal yang harus kita ingat, hari perkawinan Anak Domba itu ditentukan oleh kesiapan mempelai wanita. Kita semua mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi memepelai wanita itu. Pertanyaannya, seberapa dekat hubungan kasih kita dengan Yesus? Adakah hubungan itu sirna saat api firnahan membakar kita? Apakah hubungan kita dengan Tuhan sudah dipisahkan dengan berbagai-bagai hal duniawi? Apakah kita sudah melirik “pria” yang lain? Pria sinetron, pria pekerjaan, yang menyebabkan volume kasih kita kepada Yesus semakin berkurang? Renungkan, kita memiliki kesempatan istimewa untuk mempersiapkan diri dan mempercepat kedatangan hari pernikahan itu. Bina hubungan dengan Yesus semakin dekat, jika kita ingin menjadi mempelai wanita itu.
Hari ini, penduduk dunia memusatkan perhatian kepada penampilan Catherine Middleton. Banyak wanita yang mungkin berangan-angan menjadi Cathrine Middleton pada hari ini karena membayangkan betapa bahagianya bersanding dengan Pangeran Kerajaan Inggris, William Arthur Philip Louis di hari pernikahan yang begitu megah di abad ini. Namun, kita harus mengingat bahwa, hanya satu Catherine Middleton, dan dialah yang akan menikah dengan pangeran William. Mengapa? Karena dialah yang mencintai pangeran William. Sudahkan kita mengasihi Tuhan? Ya, saya mengasihi Tuhan. Tapi, apakah kita sudah mengasihi-Nya dengan segenap hati kita? Dengan segenap jiwa kita? Dengan segenap kekuatan kita? Dan mengasihi Dia dengan segenap akal kita? Renungkan, apakah kita layak menjadi mempelai wanita itu, jika kita tidak sepenuhnya mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal kita? Kalau kita tidak mengasihi Dia seperti yang Dia minta, mungkinkah kita bukan mempelai wanita-Nya?
Cathrine dan keluarga Middleton mengorbankan harta mereka yang banyak untuk hari pernikahan Cathirne dan Pangeran William. Mereka rela memberikan uang mereka untuk membayar biaya pernikahan, termasuk acara di gereja Westminster Abbey, bunga, gaun pengantin, prosesi kereta, resepsi dan jamuan makan untuk ribuan tamu yang hadir. Sebagai calon mempelai wanita Kristus, beranikah kita berkorban? Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya, Dia meminta mereka untuk meninggalkan segala sesuatu dan hidup setiap hari bahkan setiap jam bersama-sama dengan Dia (Matius 4:19-22; 19:21). Maukah kita berkorban untuk Kristus? Renungkan, kalau kita tidak berani berkorban untuk Dia, mungkinkah kita ini bukan mempelai wanita-Nya?
Jikalau kita belum mengasihi Dia dengan sepenuh hati, berdoalah seperti ini: Tuhan, aku mau untuk hidup bersama-Mu, selamanya. Aku mau mengasihi-Mu. Aku mau untuk berkorban demi Engkau. Namun, aku tidak sanggup melakukannya dengan kekuatanku. Aku terlau lemah untuk melakukannya. Pencobaan-pencobaan yang datang terlalu berat untuk saya hadapi. Bantu aku, aku bermohon, aku berserah. Aku mau mengasihi-Mu dengan jenis kasih yang Engkau kehendaki. Amin.