Selamat Datang di Blog Revival and Reformation.

Jika Anda memiliki pertanyaan dan/atau tanggapan sehubungan dengan artikel yang di poskan di blog ini, Anda dapat menghubungi kami lewat email: revivalreformation2011@gmail.com, atau lewat no: +6281233149970 supaya kami dapat membuat artikel tanggapan secara lengkap untuk kemudian di poskan di blog ini.

Tuhan memberkati.

Jumat, 27 Mei 2011

Satu Simbol yang Direbut dari Api

Pendahuluan: 

Sadar atau tidak sadar, kita semua, tanpa terkecuali, terlibat dalam pertentangan besar.  Pertentangan antara kuasa kejahatan melawan kuasa kebaikan.  Peperangan ini terjadi dalam pikiran kita.  Peperangan ini melibatkan kuasa memilih.  Pilihan kita menentukan kepada siapa kita berpihak.  Namun, suatu hal yang kita tahu, kebenaran, adalah pihak yang pada akhirnya menang.  Pilihan kita sangat menentukan apakah kita akan berada pada pihak yang menang atau kalah.  Peperangan ini digambarkan dalam pelajaran Sekolah Sabat Minggu ini dalam suatu perumpamaan Jubah Imam Besar Yosua yang dicatat dalam buku Zakharia.
Intisari Pelajaran SS:

Buku Zakharia diawali dengan pernyataan bahwa “Allah tidak senang” dan “sangat marah”  Zak. 1:2.  Ini bukan tidak beralasan.  Hal ini karena perbuatan orang Israel yang buruk dan perbuatan yang jahat, ayat 4.  Namun, Allah melanjutkan kata-katanya dengan sebuah panggilan:  “Kembalilah kepada-Ku”, ayat 3.  Dibutuhkan pertobatan dan kerendahan hati untuk menjawab panggilan Allah ini.  Tanpa pertobatan dan kerendahan hati, tidak mungkin kita menjawab panggilan Allah ini.

Kata “Setan” berasal dari akar kata yang sama dengan “menuduh”.  Dengan demikian, sifat menuduh adalah sifat yang sangat erat dengan tabiat Setan.  Orang yang memiliki tabiat suka menuduh, sesungguhnya memiliki tabiat Setan.  Dalam kisah Yosua, Setan digambarkan sebagai seorang penuduh.  Dia menyatakan bahwa Yosua harus menerima hukuman oleh karena dosa-dosanya.  Seandainya, Yosua tidak ada di hadapan Tuhan, maka sudah pasti hukuman itu tidak dapat dielakkan.  Yosua harus menerima hukuman itu.

Perhatikan, tuduhan adalah senjata Setan yang ampuh.  Dia menyatakan bahwa dosa kita terlalu besar dan tidak dapat diampuni lagi.  Dia menyatakan, untuk apa datang di hadapan Tuhan, dosamu terlalu besar.  Jika kita menuruti kata-kata ini, kita tidak datang kepada Tuhan, tujuan Setan tercapai.  Kita tidak dapatkan jubah kebenaran itu, dan itu sudah cukup alasan bagi Setan untuk menuntut jiwa kita sebagai miliknya.  

Namun, ada satu senjata yang lebih ampuh lagi.  Senjata Setan itu adalah:  “Sudahlah…, dosamu tidak seberapa, itu hanya perkara kecil, kenapa kamu repot-repot datang kepada Tuhan untuk meminta pengampunan”.  Senjata ini adalah senjata yang lebih ampuh lagi dari Setan.  Banyak sekali orang yang tertembak senjata ini.  Mereka berpikir itu hanya perkara kecil.  Untuk apa datang kepada Tuhan dan minta ampun.  Tanpa mereka sadari, perkara kecil ini juga, jika kita tidak datang di hadapan Tuhan untuk meminta pengampunan, sudah cukup bagi Setan untuk mengklaim kita sebagai miliknya.  Mengapa?  Karena dosa kita yang kecil itu tidak diampuni.  Pakaian kita masih kotor.  Tidak cocok untuk pesta Anak Domba Allah karena tercemar sedikit dengan dosa-dosa kecil.

Coba kita berpikir sejenak.  Kenapa Yosua yang diangkat dalam ilustrasi ini?  Kenapa bukan Nehemia atau Ezra sebagai pemeran utama pembangunan kembali kota Yerusalem?  Kenapa harus Imam Besar Yosua Bin Yozadak?  Ini suatu gambaran yang sangat tepat tentang siapa manusia ini.  Imam Besar adalah suku khusus untuk mengurus masalah kesucian.  Dan yang paling tinggi posisinya dalam mengurus masalah kekudusan adalah Imam Besar, tentunya kehidupannya harus lebih suci dari pada semua orang.  Mengapa?  Karena dari antara seluruh bangsa, Israel pilihan Tuhan.  Di antara Israel suku Lewilah yang dikuduskan untuk mengurus acara-acara suci.  Dan di antara suku Lewi, Imam Besarlah yang harusnya memiliki posisi kekudusan yang tertinggi.

Namun, apa yang terjadi dengan orang yang bisa dikatakan orang yang paling suci dari semua bangsa?  Jubahnya kotor!  Suatu gambaran yang sangat cocok untuk keadaan manusia itu.  Sehebat apapun usaha kesucian yang dilakukan oleh seorang manusia, usahanya itu bagaikan kain kotor di hadapan Allah.  Harus ada solusi untuk hal ini.  Karena tidak mungkin pakaian kotor bisa menghadiri pesta perkawinan Anak Domba.  Apa solusi yang ditawarkan?  Zakaria 3 adalah jawaban atas hal ini.

Berikut beberapa langkah sehingga Yosua mendapat pakaian bersih itu, pakaian yang siap untuk perkawinan Anak Domba:
  1. Yosua berdiri di hadapan Malaikat Tuhan, Zak. 3:1.  Malaikat Tuhan menggambarkan Yesus Kristus sendiri (Baca Kel. 3).  Jika Yosua tidak berdiri di hadapan malaikat Tuhan, proses pergantian pakaian itu tidak akan terjadi.  Apa maknanya?  Yosua harus datang di hadapan Tuhan barulah proses pergantian pakaian itu dimulai.  Tanpa datang kepada Tuhan, proses pergantian pakaian ini tidak akan terjadi.
  2. Iblis mendakwa Yosua, ayat 1.  Kita melihat dalam pengadilan, proses ini terjadi ketika ada yang menjadi lawan kita.  Hal ini menggambarkan, Yosua padamulanya adalah milik Setan karena dosanya.  Namun, ada sesuatu yang Yosua lakukan, sehingga akhirnya Setan mendakwa dia.  Apa itu?  Itu adalah kesadaran akan dosanya.  Iblis terkejut, dan dia mulai mendakwa.  Di hadapan Tuhan, jangan merasa diri benar.  Akuilah bahwa Anda adalah orang berdosa.  Akuilah bahwa Anda adalah manusia yang rentan jatuh dalam dosa.
  3. Pembelaan Tuhan, ayat 2.  Prinsip Tuhan dalam pemberian adalah ketika kita meminta sesuatu yang seusai kehendak-Nya.  Dari prinsip ini, kita mengetahui, ada sesuatu yang diminta oleh Yosua.  Apa itu?  Pengampunan!  Oleh karena Yosua meminta pengampunan itu, Tuhan membela Yosua dan mengklaim Yosua sebagai milik-Nya.  Darah-Nya cukup untuk membayar Yosua menjadi milik-Nya.
  4. Pakaian kotor ditanggalkan, ayat 4,5.  Kembali pada prinsip di nomor 3.  Tuhan tidak akan menanggalkan pakaian kotor itu kalau Yosua tidak meminta.  Perhatikan, bukan Yosua yang memakai pakaian itu.  Itu dipakaikan kepadanya, 4,5. Ketika kita meminta pengampunan, mintalah juga suapaya Dia menolong kita untuk meninggalkan dosa-dosa kita.  Kemanusian kita tidak sanggup melakukannya.  Kita butuh bantuan Tuhan.  Hanya Tuhanlah yang dapat membuat supaya hidup menurut, baca Yeh. 36:26.  Hal inilah yang disebut dengan pertobatan.
  5. Tawaran penurutan, ayat 6,7.  Perhatikan, Tuhan menggunakan kata “Apabila”, ayat 7.  Ini menunjukkan, penurutan hokum itu adalah tawaran yang diberikan kepada mereka yang sudah diampuni.  Namun, perhatikan, pernyataan Tuhan:  “engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku”.  Perhatikan pernyataan dalam buku Mazmur:  “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.” Mazmur 65:5.  Jika kita melihat bagian ini, maka ini adalah tawaran kehidupan bahagia kepada Yosua.  Penurutan kebenaran itu adalah tawaran kehidupan berbahagia.  Tawaran yang diberikan setelah kita melalui proses pergantian jubah. 
Jadi, untuk mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya, bahkan kebahagian yang akan berlanjut sampai kepada kekekalan, kita harus melalui proses pergantian jubah.  Pada waktu kita berdosa, segeralah datang kepada Tuhan, sadari dosa kita, minta pengampunan, minta kekuatan dan hati yang baru supaya kita bisa menurut perintah-perintah-Nya, maka kebahagian itu menjadi bagian kita.