Selamat Datang di Blog Revival and Reformation.

Jika Anda memiliki pertanyaan dan/atau tanggapan sehubungan dengan artikel yang di poskan di blog ini, Anda dapat menghubungi kami lewat email: revivalreformation2011@gmail.com, atau lewat no: +6281233149970 supaya kami dapat membuat artikel tanggapan secara lengkap untuk kemudian di poskan di blog ini.

Tuhan memberkati.

Senin, 13 Juni 2011

Jubah dan Kiasannya


Ayat Hafalan:  “Sebab katanya:  ‘asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh’”  (Markus 5:28).

Pendahaluan:
Ada banyak makna mengenai pakaian ataupun jubah yang dicatat dalam Alkitab.  “Pelajaran pekan ini akan membahas beberapa pertanyaan mengenai pakaian pada zaman Yesus.  Kita akan mempelajari seorang wanita yang percaya, bahwa hanya dengan menjamah jubah Yesus, dia akan disembuhkan.  Kemudian Yesus, yang meanggalkan jubah-Nya agar dapat membasuh kaki murid-murid-Nya.  Lalu kita melihat imam besar, yang berdiri di hadapan Tuhan, dan mengoyak jubahnya sendiri mengisyaratkan berakhirnya masa kepemimpinan para tokoh agama waktu itu.  Selanjutnya, Yesus dalam jubah kerajaan, yang dipakaikan oleh tentara Roma untuk menghina Dia.  Dan pada akhirnya kita akan melihat para tentara yang membuang undi atas jubah Kristus, dengan demikian menggenapi nubuatan purbakala.”  SSD 11 Juni 2011.  Inilah yang menjadi inti pelajaran kita pada pekan ini, “jubah pada zaman Yesus”.

“Siapa Yang Menjamah Jubah-Ku?”  Mark. 5:24-34; luk. 8:43-48.
Pada cerita ini, kita dapat melihat, ada banyak orang yang mengikuti Dia dan berdesak-desakkan di dekat-Nya.  Tentunya, banyak yang juga orang yang menyentuh jubah-Nya.  Itu sebabnya, ketika Yesus bertanya, “siapa yang menjamah jubah-Ku?”, Petrus menjawab:  “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya:  Siapa yang menjamah Aku?”

Dari fakta ini, kita mengetahui, Yesus tidak sedang mencari siapa yang menjamah jubah-Nya, namun Dia sedang mencari Iman di antara orang-orang yang berdesakkan di dekat-Nya.  Dia mencarinya untuk menyatakan kuasa-Nya (kesembuhan kepada wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun, Mark. 5:25) dan untuk dijadikan contoh bagi para pengikut-Nya yang lain.

“Pengobatan pada waktu itu masih sangat sederhana.”  SSD, 12 Juni 2011.  Itu sebabnya, bisa dipastikan banyak orang sakit pada waktu itu, dan bisa dipastikan, beberapa dari orang sakit itu ada berdesak-desakkan dengan orang banyak di dekat Yesus, namun, hanya satu yang disembuhkan pada waktu itu.  Mengapa?  Wanita ini datang dengan iman!  “Wanita ini memiliki iman yang kuat pada Yesus, dia cukup percaya bahwa jika saja dia dapat menjamah jubah-Nya, dia akan disembuhkan.  Pastilah, bukan jubah itu yang menyembuhkannya-bukan juga jamahannya.  Melainkan… iman yang dinyatakan lewat perbuatan”.  Ibid.  Di tengah-tengah keputusasaannya, menyadari tidak ada seorang manusiapun yang dapat menolongnya, Mark. 5:25,26, dia mengambil keputusan untuk datang kepada Tuhan, dan percaya pertolongan hanya datang dari pada-Nya.  Suatu keputusan yang sangat tepat, inilah iman itu.

“Bagaimanakah kita dapat belajar datang pada Tuhan, seperti wanita ini, datang dalam iman dan penyerahan, karena sadar akan ketidakberdayaan kita?”  Ibid.

Dia “Menanggalkan Jubah-Nya”  Mat. 20:20-28; Yoh. 13:1-16.
Pada waktu di ruang atas, saat perjamuan malam Yesus dan murid-murid, “suasana tidaklah baik.  Baru saja, murid-murid itu memperebutkan kedudukan tertinggi dalam kerajaan Surga.”  SSD, 13 Juni 2011. Mat. 20:20-28.  Di sana terdapat kesombongan dari dua murid, iri hati dari sepuluh murid, rencana jahat dari 1 murid, membuat suasana perjamuan itu tegang.

Dengan suasana itu, tidak ada yang mau untuk membasuh kaki sesamanya.  Pekerjaan membasuh kaki adalah pekerjaan seorang hamba.  Pada saat itu, Yesus, menanggalkan jubah-Nya, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya, Yoh. 13:4,5.  “Saat Yesus menanggalkan jubah-Nya dan mulai membasuh kaki mereka, hati mereka luluh.  Mereka telah menobatkan-Nya sebagai Anak Allah sebelumnya, Mat. 21:1-10.  Dan Anak Allah itu membungkuk untuk melakukan pelayanan yang menempelak kesombongan mereka.  Ayat ini mengatakan bahwa sebelum Dia melakukan pembasuhan kaki, Dia menanggalkan jubah-Nya, menunjukkan kerelaan-Nya untuk merendahkan hati serendah-rendahnya selayaknya seorang hamba.  Ibid.  Huruf miring ditambahkan.  Dengan menjangkau kaki murid-murid-Nya, Dia telah menjangkau hati mereka dan meluluhkannya.

Bisakah kita mengikuti telah kerendahan hati dari Yesus?  Terlebih rendah hati kepada orang yang sombong?  Yesus adalah Allah yang Maha Tahu.  Dengan tindakan-Nya, Dia tahu siapa yang akan bertobat dengan perbuatan-Nya dan siapa yang tetap dalam dosanya, bahkan akan menghianati Dia sesudah Dia merendahkan diri.  Namun, apa yang Dia lakukan?  Apakah Dia hanya membasuh kaki orang yang Dia tahu akan bertobat, dan tidak membasuh kaki orang yang Dia tahu tidak akan bertobat?  Bahkan menjual Dia?

Kerendahan hati adalah sebuah keharusan bagi mereka yang menjadi pengikut Tuhan.  Kita tidak dapat berkata:  “nanti kalau saya buat ini, dia akan semakin menjadi-jadi dan dia akan semakin merendahkan saya”.  Yesus tidak pernah melakukannya.  Bahkan, Dia membasuh kaki Yudas yang Dia tahu sebentar lagi Yudas akan menjualnya.  Jika kita menjadi Yesus, relakah kita “membasuh kaki” orang yang pasti akan “menjual” kita?  Atau sebaliknya, kita menjadi seperti dia?  Kita “jual” balik orang yang “menjual” nama baik kita?

“Mengoyakkan Jubahnya” Mat. 26:59-68; Im. 21:10; Mark. 15:38
Pada waktu Yesus di bawah di hadapan Imam Besar Kayafas, mereka berusaha untuk mencari alasan untuk dapat membunuh Yesus.   Akhirnya, Imam Besar Kayafas bertanya:  “apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.”  Mat. 26:63.  Yesus tentunya tidak bisa berdusta.  Dia adalah Anak Allah, itu sebabnya, Dia menjawab:  “Engkau telah mengatakannya.”  Mat. 26:64.  Mendengar jawaban Yesus, “Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Ia menghujat Allah.”  Mat. 26:64,65. 

Jubah keimamatan melambangkan tabiat Allah yang sempurna, lih. Pel. 5.  Itu sebabnya, dalam keadaan apapun, jubah itu tidak boleh dirobek, Imamat 21:10.  Dengan merobek jubah, melambangkan mencela akan tabiat Allah.  Kayafas mengatakan, Yesus menghujat Allah.  Setelah itu dia merobek jubah keimamatannya.  Merobek jubah berarti menodai tabiat Allah yang berarti menghujat Allah.  Kayafas menuduh Yesus menghujat Allah, namun, pada prakteknya, dialah penghujat itu dengan cara merobek jubah keimamatan.  Demikian juga dengan kita, berapa sering kita seperti Kayafas.  Kita menuduh orang, namun kita sendiri banyak melakukan kesalahan.  Yesus berkata:  “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”  Mat. 7:3.

Pada waktu Yesus mati, “tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah”  Mat. 27:51.  Suatu lambang bahwa pelayanan Bait Suci di bumi sudah berakhir pada waktu kematian Yesus, Ef. 2:15; Kol. 2:14.  Kayafas merobek jubah Imam Besar suku Lewi merupakan sebuah lambang berakhirnya sistem keimamatan suku Lewi.  Sekarang, pelayanan yang baru dimulai, domba yang sesungguhnya sudah datang, yaitu Yesus Kristus, Yoh. 1:29.  Sistem kaabah yang di bumi berakhir, dan kini dimulai dengan sistem Kaabah yang ada di Sorga, Ibr. 8:1,2 dan jubah keimamatan yang baru, dipakai oleh Yesus sebagai Imam Besar, Wah. 1:12,13.  Apa makna hal ini untuk kita? 

Catatan buku Ibrani menyatakan:  “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”  Ibr. 4:16.  Fakta bahwa Yesus adalah Imam Besar yang melayani di Kaabah Sorga adalah sebuah kabar baik bagi kita.  Kita manusia tidak mampu menghadapi pencobaan kehidupan yang begitu berat.  Yesus mengetahui akan hal ini.  Dan melalui pelayanan keimamatan-Nya di Bait Suci di Sorga, Dia menawarkan pertolongan kepada kita.  Janji ini pasti!  Mari kita datang kepada-Nya!

Sesudah Kayafas merobek jubahnya, dia bertanya apa yang harus dilakukan terhadap Yesus, dan mereka serentak menjawab:  “Ia harus dihukum mati”, ay. 66.  Mengapa mereka mau membinasakan Yesus?  Ini disebabkan “oleh kebencian, iri hati, dan ketakutan” disaingi oleh pengaruh Yesus.  Coba kita renungkan, jika sifat kebencian, iri hati, takut disaingi, ada pada diri kita, dan kita hidup pada zaman Yesus, maka, adalah sangat mungkin, kita ada dalam kelompok imam-imam yang mau membunuh Yesus.  Pada waktu ada orang lain yang memperoleh pencapaian melebihi kita, apa respons kita? Apakah kita iri?  Benci? Takut tersaingi?  Apakah kita mau “membinasakan” orang itu?  Jika jawabannya adalah Ya, hal ini berarti kita tidak ada bedanya dengan Imam-imam yang menginginkan kematian Yesus!  Berdoalah!  Supaya Allah mengambil sifat itu dari kita.

Jubah Penghinaan.  Mat. 27:27-29; Luk. 23:10,11; Mark. 15:17-20.
Di istana Pilatus, Yesus menderita penghinaan.  Sehubungan dengan pelajaran ini, Yesus dipakaikan jubah ungu (mungkin jubah bekas, karena tidak mungkin jubah yang bagus dipakaikan ke Yesus yang berlumuran darah).  Sesudah itu mereka memakaikan mahkota yang terbuat dari belukar berduri.  Mereka menutup mata dan memukul-Nya dan menyuruh Dia menebak siapa yang memukul-Nya.  Mereka menyembah dan kemudian meludahinya, kemudian memukul kepala yang bermahkota duri itu dengan menggunakan sebatang kayu, Mat. 27:27-30.  Sungguh merupakan suatu penghinaan yang ditanggung oleh Yesus.

Yesaya dalam nubuatannya menyatakan:  “Ia [Yesus] sangat dihina.”  Yes. 53:3.  Namun, apa responsnya?  “Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri-Nya ditindas dan tidak membuka mulut-Nya”.  Lebih lanjut, Yesaya menyatakan  “seperti Anak Domba yang dibawah ke pembantaian;…  Ia tidak membuka mulut-Nya.”  Yes. 53:7. 

Sangat menarik,  buku Wahyu menggambarkan:  genrasi terakhir, yang akan menyanyi lagu kemenangan di atas bukit Zion, adalah mereka “yang mengikuti Anak Domba itu”, Wah. 14:4.  Jadi, jika kita mau menang, mau berdiri di bukit Zion Bersama Anak Domba yaitu Yesus, (Yoh. 1:29), dan menyanyikan lagu kemenangan, kita harus mengikuti Anak Domba itu, terlebih khusus, teladan Anak Domba itu ketika dibawah ke tempat pembantaian.  Jika kita tidak dapat mengikutinya, mungkin kita bukan pengikut Anak Domba, kita adalah pengikut “singa yang mengaum-ngaum”, 1Pet. 5:8.  Mengapa?  Karena karakter membalas sesungguhnya adalah karakter singa, bukan karakter Anank Domba.

“Mereka Membagi-bagi Pakaian-Ku”  Yoh. 19:23,24; Maz. 22:19.
Ini menceritakan tentang jubah Yesus pada waktu Dia disalibkan.  Bayangkan perasaan Yesus waktu disalib.  Orang-orang mengolok-olok dia.  “Para imam menyerang ototritas Yesus dari segi rohani, para tentara mencela kedaulatan kekuasaan-Nya”  SSD, 15 Juni 2011.  “Beban dosa seisi dunia dipikul-Nya,”  dan yang paling menyedihkan, “keterpisahan dari Bapa-Nya”.  Sementara itu, para serdadu, tepat di bawah-Nya, membagi-bagi pakaian-Nya dan membuang undi”.  SSD, 16 Juni 2011. 

Ketika Yesus melihat pakaian-Nya diundi, apa yang ada dipikiran-Nya?  Kita bisa pastikan, Dia mengingat apa yang dituliskan tentang Dia dalam Maz. 22:19.  Ketika Dia melihat akan penggenapan ini, apa yang Yesus rasakan?  “Ini menambah keberanian-Nya untuk dapat bertahan menghadapi saat-saat terakhir di kayu salib.”  SSD, 16 Juni 2011.  Kenapa kita bisa pastikan Dia mengingat apa yang tertulis tentang Dia dalam Maz. 22:19?  Karen kita yakin, Dia adalah Seorang Pelajar Kitab Suci.  Hal ini terbukti dari ucapan-ucapan-Nya seperti:  “ada tertulis”, “tidakkah kamu baca”, “apa yang kamu baca”.  Ingatan firman Tuhan itu menguatkan Dia di masa-masa paling sukar yang Ia lalui.

Demikian juga dengan kita.  Jika kita ingin memperoleh kemenangan iman di masa-masa yang paling sukar, kita perlu belajar Kitab Suci.  Jika kita melakukannya, janji-janji kemenangan akan kita temui.  Jika kita mempelajari Kitab Suci, kita akan temukan hal-hal yang tertulis tentang kita (bagaimana cara kita untuk beriman, percaya kepada Tuhan, merendahkan diri,  bagaimana untuk bebas dari:  kebencian, iri hati, dan takut disaingi, bagaimana untuk mengikuti teladan “Anak Domba” sekalipun di “tempat pembantaian”, dan masih banyak lagi hal tentang kita, tentang perjuangan iman kita, yang ditulis dalam Kitab Suci.  Jika kita membacanya, kita akan menemukan apa yang tertulis tentang kita dan itu akan menuntun dan menguatkan kita untuk menggapai kekekalan.  Itu akan menguatkan kita di masa-masa yang paling sulit yang kita hadapi.

Di salib, Yesus melihat penggenapan nubuatan tentang jubah-Nya.  Dia sudah melihat penggenapan-penggenapan nubuatan yang lain juga dan itu membuat Dia bertahan di Salib, karena Dia tahu, proses penebusan itu hampir selesai.  Ketika kita melihat nubuatan-nubuatan akhir zaman digenapi, ketahuilah, penggenapan nubuatan-nubuatan yang lain sudah dekat dan pasti.  Kecurahan Roh itu pasti dan sudah dekat.  Demikian juga ramalan-ramalan dalam Matius 24, Daniel, dan Wahyu, semuanya itu pasti dan sudah dekat.  Kiranya dengan kepastian itu, akan membuat kita semakin mempertahankan kasih kita, menguatkan iman kita, membuat kita semakin rendah hati, menghilangkan:  kebencian, iri hati, dan ketakutan tersaingi, semakin memantulkan karakter Yesus, lebih rajin belajar Alkitab dan berdoa.  Mengapa?  Karena dengan digenapinya nubuatan-nubuatan itu, kita tahu, iman kita tidak sia-sia!  Ada pahala bagi mereka yang menurut.  Ada keselamatan bagi mereka yang mempertahankan karakter Kristus di tengah-tengah badai penderitaan yang terberat sekalipun.