Selamat Datang di Blog Revival and Reformation.

Jika Anda memiliki pertanyaan dan/atau tanggapan sehubungan dengan artikel yang di poskan di blog ini, Anda dapat menghubungi kami lewat email: revivalreformation2011@gmail.com, atau lewat no: +6281233149970 supaya kami dapat membuat artikel tanggapan secara lengkap untuk kemudian di poskan di blog ini.

Tuhan memberkati.

Sabtu, 28 Mei 2011

Earnest to Give the Final Warning

And after these things I saw another angel come down from heaven, having great power; and the earth was lightened with his glory. Revelation 18:1.
  
Day after day is passing into eternity, bringing us nearer to the close of probation. Now we must pray as never before for the Holy Spirit to be more abundantly bestowed upon us, and we must look for its sanctifying influence to come upon the workers, that the people for whom they labor may know that they have been with Jesus and learned of Him. We need spiritual eyesight now as never before, that we may see afar off, and that we may discern the snares and designs of the enemy, and as faithful watchmen proclaim the danger. We need spiritual power that we may take in, as far as the human mind can, the great subjects of Christianity, and how far-reaching are its principles.

When God’s people humble the soul before Him, individually seeking His Holy Spirit with all the heart, there will be heard from human lips such a testimony as is represented in this Scripture: “After these things I saw another angel come down from heaven, having great power; and the earth was lightened with his glory” (Revelation 18:1). There will be faces aglow with the love of God, there will be lips touched with holy fire, saying, “The blood of Jesus Christ his Son cleanseth us from all sin” (1 John 1:7).

Those who are under the influence of the Spirit of God will not be fanatical, but calm, steadfast, free from extravagance. But let all who have had the light of truth shining clear and distinct upon their pathway, be careful how they cry peace and safety. Be careful what influence you exert at this time.

Jesus longs to bestow the heavenly endowment in large measure upon His people. Prayers are ascending to God daily for the fulfillment of the promise; and not one of the prayers put up in faith is lost. Christ ascended on high, leading captivity captive, and gave gifts unto men. When, after Christ’s ascension, the Spirit came down as promised, like a rushing, mighty wind, filling the whole place where the disciples were assembled, what was the effect?

Thousands were converted in a day. We have taught, we have expected that an angel is to come down from heaven, that the earth will be lightened with his glory, when we shall behold an ingathering of souls similar to that witnessed on the day of Pentecost.—The Home Missionary, November 1, 1893.

This devotional is taken from Ye Shall Receive Power by Ellen G. White.

Jumat, 27 Mei 2011

Satu Simbol yang Direbut dari Api

Pendahuluan: 

Sadar atau tidak sadar, kita semua, tanpa terkecuali, terlibat dalam pertentangan besar.  Pertentangan antara kuasa kejahatan melawan kuasa kebaikan.  Peperangan ini terjadi dalam pikiran kita.  Peperangan ini melibatkan kuasa memilih.  Pilihan kita menentukan kepada siapa kita berpihak.  Namun, suatu hal yang kita tahu, kebenaran, adalah pihak yang pada akhirnya menang.  Pilihan kita sangat menentukan apakah kita akan berada pada pihak yang menang atau kalah.  Peperangan ini digambarkan dalam pelajaran Sekolah Sabat Minggu ini dalam suatu perumpamaan Jubah Imam Besar Yosua yang dicatat dalam buku Zakharia.
Intisari Pelajaran SS:

Buku Zakharia diawali dengan pernyataan bahwa “Allah tidak senang” dan “sangat marah”  Zak. 1:2.  Ini bukan tidak beralasan.  Hal ini karena perbuatan orang Israel yang buruk dan perbuatan yang jahat, ayat 4.  Namun, Allah melanjutkan kata-katanya dengan sebuah panggilan:  “Kembalilah kepada-Ku”, ayat 3.  Dibutuhkan pertobatan dan kerendahan hati untuk menjawab panggilan Allah ini.  Tanpa pertobatan dan kerendahan hati, tidak mungkin kita menjawab panggilan Allah ini.

Kata “Setan” berasal dari akar kata yang sama dengan “menuduh”.  Dengan demikian, sifat menuduh adalah sifat yang sangat erat dengan tabiat Setan.  Orang yang memiliki tabiat suka menuduh, sesungguhnya memiliki tabiat Setan.  Dalam kisah Yosua, Setan digambarkan sebagai seorang penuduh.  Dia menyatakan bahwa Yosua harus menerima hukuman oleh karena dosa-dosanya.  Seandainya, Yosua tidak ada di hadapan Tuhan, maka sudah pasti hukuman itu tidak dapat dielakkan.  Yosua harus menerima hukuman itu.

Perhatikan, tuduhan adalah senjata Setan yang ampuh.  Dia menyatakan bahwa dosa kita terlalu besar dan tidak dapat diampuni lagi.  Dia menyatakan, untuk apa datang di hadapan Tuhan, dosamu terlalu besar.  Jika kita menuruti kata-kata ini, kita tidak datang kepada Tuhan, tujuan Setan tercapai.  Kita tidak dapatkan jubah kebenaran itu, dan itu sudah cukup alasan bagi Setan untuk menuntut jiwa kita sebagai miliknya.  

Namun, ada satu senjata yang lebih ampuh lagi.  Senjata Setan itu adalah:  “Sudahlah…, dosamu tidak seberapa, itu hanya perkara kecil, kenapa kamu repot-repot datang kepada Tuhan untuk meminta pengampunan”.  Senjata ini adalah senjata yang lebih ampuh lagi dari Setan.  Banyak sekali orang yang tertembak senjata ini.  Mereka berpikir itu hanya perkara kecil.  Untuk apa datang kepada Tuhan dan minta ampun.  Tanpa mereka sadari, perkara kecil ini juga, jika kita tidak datang di hadapan Tuhan untuk meminta pengampunan, sudah cukup bagi Setan untuk mengklaim kita sebagai miliknya.  Mengapa?  Karena dosa kita yang kecil itu tidak diampuni.  Pakaian kita masih kotor.  Tidak cocok untuk pesta Anak Domba Allah karena tercemar sedikit dengan dosa-dosa kecil.

Coba kita berpikir sejenak.  Kenapa Yosua yang diangkat dalam ilustrasi ini?  Kenapa bukan Nehemia atau Ezra sebagai pemeran utama pembangunan kembali kota Yerusalem?  Kenapa harus Imam Besar Yosua Bin Yozadak?  Ini suatu gambaran yang sangat tepat tentang siapa manusia ini.  Imam Besar adalah suku khusus untuk mengurus masalah kesucian.  Dan yang paling tinggi posisinya dalam mengurus masalah kekudusan adalah Imam Besar, tentunya kehidupannya harus lebih suci dari pada semua orang.  Mengapa?  Karena dari antara seluruh bangsa, Israel pilihan Tuhan.  Di antara Israel suku Lewilah yang dikuduskan untuk mengurus acara-acara suci.  Dan di antara suku Lewi, Imam Besarlah yang harusnya memiliki posisi kekudusan yang tertinggi.

Namun, apa yang terjadi dengan orang yang bisa dikatakan orang yang paling suci dari semua bangsa?  Jubahnya kotor!  Suatu gambaran yang sangat cocok untuk keadaan manusia itu.  Sehebat apapun usaha kesucian yang dilakukan oleh seorang manusia, usahanya itu bagaikan kain kotor di hadapan Allah.  Harus ada solusi untuk hal ini.  Karena tidak mungkin pakaian kotor bisa menghadiri pesta perkawinan Anak Domba.  Apa solusi yang ditawarkan?  Zakaria 3 adalah jawaban atas hal ini.

Berikut beberapa langkah sehingga Yosua mendapat pakaian bersih itu, pakaian yang siap untuk perkawinan Anak Domba:
  1. Yosua berdiri di hadapan Malaikat Tuhan, Zak. 3:1.  Malaikat Tuhan menggambarkan Yesus Kristus sendiri (Baca Kel. 3).  Jika Yosua tidak berdiri di hadapan malaikat Tuhan, proses pergantian pakaian itu tidak akan terjadi.  Apa maknanya?  Yosua harus datang di hadapan Tuhan barulah proses pergantian pakaian itu dimulai.  Tanpa datang kepada Tuhan, proses pergantian pakaian ini tidak akan terjadi.
  2. Iblis mendakwa Yosua, ayat 1.  Kita melihat dalam pengadilan, proses ini terjadi ketika ada yang menjadi lawan kita.  Hal ini menggambarkan, Yosua padamulanya adalah milik Setan karena dosanya.  Namun, ada sesuatu yang Yosua lakukan, sehingga akhirnya Setan mendakwa dia.  Apa itu?  Itu adalah kesadaran akan dosanya.  Iblis terkejut, dan dia mulai mendakwa.  Di hadapan Tuhan, jangan merasa diri benar.  Akuilah bahwa Anda adalah orang berdosa.  Akuilah bahwa Anda adalah manusia yang rentan jatuh dalam dosa.
  3. Pembelaan Tuhan, ayat 2.  Prinsip Tuhan dalam pemberian adalah ketika kita meminta sesuatu yang seusai kehendak-Nya.  Dari prinsip ini, kita mengetahui, ada sesuatu yang diminta oleh Yosua.  Apa itu?  Pengampunan!  Oleh karena Yosua meminta pengampunan itu, Tuhan membela Yosua dan mengklaim Yosua sebagai milik-Nya.  Darah-Nya cukup untuk membayar Yosua menjadi milik-Nya.
  4. Pakaian kotor ditanggalkan, ayat 4,5.  Kembali pada prinsip di nomor 3.  Tuhan tidak akan menanggalkan pakaian kotor itu kalau Yosua tidak meminta.  Perhatikan, bukan Yosua yang memakai pakaian itu.  Itu dipakaikan kepadanya, 4,5. Ketika kita meminta pengampunan, mintalah juga suapaya Dia menolong kita untuk meninggalkan dosa-dosa kita.  Kemanusian kita tidak sanggup melakukannya.  Kita butuh bantuan Tuhan.  Hanya Tuhanlah yang dapat membuat supaya hidup menurut, baca Yeh. 36:26.  Hal inilah yang disebut dengan pertobatan.
  5. Tawaran penurutan, ayat 6,7.  Perhatikan, Tuhan menggunakan kata “Apabila”, ayat 7.  Ini menunjukkan, penurutan hokum itu adalah tawaran yang diberikan kepada mereka yang sudah diampuni.  Namun, perhatikan, pernyataan Tuhan:  “engkau akan memerintah rumah-Ku dan mengurus pelataran-Ku”.  Perhatikan pernyataan dalam buku Mazmur:  “Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus.” Mazmur 65:5.  Jika kita melihat bagian ini, maka ini adalah tawaran kehidupan bahagia kepada Yosua.  Penurutan kebenaran itu adalah tawaran kehidupan berbahagia.  Tawaran yang diberikan setelah kita melalui proses pergantian jubah. 
Jadi, untuk mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya, bahkan kebahagian yang akan berlanjut sampai kepada kekekalan, kita harus melalui proses pergantian jubah.  Pada waktu kita berdosa, segeralah datang kepada Tuhan, sadari dosa kita, minta pengampunan, minta kekuatan dan hati yang baru supaya kita bisa menurut perintah-perintah-Nya, maka kebahagian itu menjadi bagian kita.

Makna Menjadikan Murid


Pernahkah kita memikirkan pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:  Kenapa amanat Agung untuk menjadikan semua bangsa murid Yesus diberikan sesaat sebelum Yesus terangkat ke Surga?  Kenapa amanat ini tidak diberikan sebelumnya?  Kenapa pada waktu Yesus mengutus 12 murid dalam Matius 10:5-15 Dia hanya menyatakan “pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”?  Apakah pada waktu itu Yesus tidak cukup bijak membekali murid-murid?  Kenapa pada saat pengutusan yang pertama itu murid-murid tidak diberikan tanggung-jawab untuk menyampaikan pekabaran itu kepada seluruh dunia?  Mungkinkah ada sesuatu yang Yesus ingin saksikan dari murid-murid sebelum Dia mengutus mereka ke semua bangsa?  Kalau ya, apa itu?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, mari kita simak beberapa hal sehubungan dengan hubungan antara Yesus dan murid-murid-Nya.  Pada awal pelayanan-Nya, Dia memilih beberapa orang untuk menjadi murid-Nya.  Sesudah itu, Yesus melatih mereka untuk menjadi penjala manusia.  Dalam proses pelatihan ini beberapa hal ini dialami oleh murid-murid.  Mereka berpikir bahwa Yesus akan menjadi raja, mereka kehilangan pandangan akan kehidupan pelayanan Yesus.  Ada juga yang ingin bersaing menjadi yang terbaik.  Ada juga yang ingin memperoleh posisi yang lebih baik dalam pelatihan ini seperti Yakobus dan Yohanes.  Ada juga yang mudah marah seperti Petrus.  Ada yang sangat tertarik dengan uang dalam pekerjaan ini seperti Yudas.  Ada yang suka menceritakan kelemahan murid yang lain (Yoh. 12:6).  Ada yang tidak mau menderita dalam pelatihan ini, mereka melarikan diri ketika kelihatan tidak ada pertolongan seperti murid-murid ketika Yesus di salib.  Ada juga yang tidak setia kepada komitmen seperti Petrus dan Yudas.  Ada juga yang menjadi buta karena uang seperti Yudas.  Munkinkah hal-hal ini yang membuat Yesus tidak memberikan perintah ini pada waktu itu?

Apa yang terjadi dengan murid-murid pada waktu Yesus disalibkan sampai sebelum Dia terangkat ke Surga?  Mereka mengadakan selalu mengadakan pertemuan dan berdoa bersama (Luk. 24:33; Yoh. 20:19).  Rasa cemburu, iri hati, mementingkan diri, mengejar uang, dan posisi, hilang dari mereka, walaupun munking ini termotivasi oleh rasa putus asa karena pemimpin mereka telah dibunuh dan orang Yahudi ingin juga membunuh mereka (Yoh. 20:19,25).  Topik percakapan harian mereka adalah mengenai Yesus (Luk. 24:14,36).  Mereka mengerti misi Yesus yang sesungguhnya yaitu “harus menderita dan bangkit”  (Luk. 24:45) dan itu bukan hanya sekedar kehidupan tetapi sebuah teladan yang akhirnya diikuti oleh murid-murid dengan penuh sukacita (Kis. 5:41; 1Pet. 2:21-23).   Mereka memiliki komitmen yang tidak goyah memberitakan Yesus apapun yang terjadi seperti yang nyata dalam buku Kisah Para Rasul.  Dan dengan mengerti akan pengorbanan yang Yesus berikan, mereka menjadi sangat mencintai Yesus (Yoh. 21:15-19).  Pada saat hal ini dialami oleh murid-murid, Lukas mencatat “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk....  Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke Sorga”  Mark. 16:15,19. 

Mari kita renungkan, bagaimana kondisi kita saat ini?  Apakah kita masih sama seperti murid Yesus sebelum Yesus mati?  Apakah tabiat-tabiat kita sudah memungkinkan untuk Yesus mempertanggunjawabkan misi khusus ini?  Ataukah masih ada dari tabiat kita yang perlu dibentuk oleh Yesus sehingga Dia dapat mempertanggungjawabkan misi ini kepada kita.  Mari kita berdoa, Tuhan, jadikan tabiat saya menjadi seperti-Mu agar aku layak menyampaikan kasih karunia Tuhan ini kepada semua orang.  Amin.

"Supaya Mereka Menjadi Satu" (Sebuah Analisa Yohanes 17:20-23)


Yohanes 17:21 sering digunakan oleh mayoritas denominasi Kristen dan Katolik dengan pengertian untuk menjadikan semua denominasi ini menjadi satu.  Istilah ini yang kita sebut dengan pergerakkan Oikumene.  Namun, apakah ini maksud dari doa Yesus ini?  Melalui kesempatan ini, saya mau kita melihat lebih dalam lagi makna dari ayat ini.  Mari kita mencoba menggali ayat ini dengan mengangkat beberapa pertanyaan.
 
Untuk siapa Yesus berdoa pada bagian ini?  “bukan untuk mereka ini saja (murid-murid Yesus) Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka (yang selanjutnya disebut jemaat Kristen/Jemaat Allah)”.  Yesus berdoa untuk kedua kelompok ini:  murid-murid dan oran-orang percaya di dunia ini.  Siapa murid-murid ini?  Mereka adalah orang-orang yang rela meninggalkan segala sesuatu untuk menjadi pengikut Yesus, melakukan semua yang diperintahkan tanpa bertangguh.  Mat. 4:18-22; 19:21.  Siapa orang percaya ini?  Dengan jelas ayat ini menyatakan, mereka adalah orang yang percaya Yesus.  Dalam hal ini, mereka bukan hanya sekedar percaya, karena konsep percaya dalam Alkitab adalah juga melakukan.  Yak. 2:14-26.  Jadi, ini adalah kelompok orang-orang yang percaya dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus.  Untuk kedua kelompok inilah Yesus berdoa supaya mereka menjadi satu.  Dari konsep ini, kita melihat, bahwa adalah kerinduan Yesus untuk para pemberita dan orang percaya itu memiliki persatuan.

Seperti apa persatuan murid-murid dan orang percaya yang diinginkan Yesus?  “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau”  Persatuan yang dirindukan Yesus adalah persatuan seperti Yesus dan Bapa-Nya.  Seperti apa persatuan antara Yesus dan Bapa?  Persatuan antara Bapa dan Yesus berarti Mereka memiliki kesatuan dalam misi, Mereka saling mengasihi,  Mereka memiliki satu tujuan, suatu persatuan yang sangat erat.  Yesus merindukan persatuan ini terjadi antara murid-murid dan orang percaya.  

Mengapa penting persatuan antara murid-murid dan orang percaya?  “agar mereka juga di dalam Kita”.  Tidak lain, Yesus sedang merindukan pemulihan hubungan yang rusak di Eden itu dipulihkan.  Dengan terjadinya persatuan antara murid-murid dan orang percaya, itu akan membuat manusia dapat bersatu dengan ke-Allahan, suatu hubungan yang dipulihkan.  Allah rindu untuk memulihkan hubungan yang retak itu.

Apa yang Yesus berikan kepada murid-murid dan orang-orang percaya untuk membantu mereka supaya dapat bersatu?  “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu”.  Kemuliaan, adalah hal yang Yesus diberikan kepada kita supaya persatuan itu menjadi nyata.  Apa itu kemuliaan Allah?  Hal ini kita bisa lihat dalam pertemuan Musa dengan Allah ketika Musa meminta untuk melihat kemuliaan Allah (Kel. 33:18), Tuhan mengatakan bahwa Dia akan lewat di depan Musa dan memperlihatkan kemuliaan-Nya, pada waktu Tuhan lewat di depan Musa, Tuhan berfirman “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman (tidak ada kompromi), yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”  (Kel. 34:6,7).  Dari ayat ini, kita dapat melihat bahwa, kemuliaan Tuhan adalah karakter-Nya.   

Renungkan, seberapa penyayang kita kepada orang-orang percaya, apakah kita sudah memiliki kemuliaan pengampunan dan kemuliaan-kemuliaan Tuhan yang lain?  Apakah kita sudah memiliki kemuliaan itu?  Kemuliaan itu diberikan kepada murid-murid dan orang-orang percaya, namun adalah hak mereka untuk menerima atau menolaknya.  Jika mereka  menerimannya, hal itu akan menolong mereka untuk memiliki persatuan.  Untuk memperoleh pemberian ini, setiap hari kita harus memberikan tempat kepada pengaruh Roh Kudus supaya kita bisa memantulkan kemulain ini.

Bagaimana supaya persatuan itu menjadi sempurna?  “Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu”  Supaya persatuan itu menuju kesempurnaan, maka Bapa harus ada di dalam Yesus dan Yesus harus ada di dalam diri murid-murid-Nya dan orang-orang percaya.  Artinya, karena Bapa ada di dalam Yesus, otomatis, ketika Yesus ada di dalam kita, Bapa juga ada di dalam kita, karena Bapa ada di dalam Yesus.  Hal ini berarti, supaya kesempurnaan itu menjadi nyata, Bapa dan Yesus harus ada di dalam diri murid-murid dan orang-orang percaya.  Tanpa Bapa dan Yesus ada di dalam mereka, persatuan itu tidak akan menuju kesempurnaan.  Renungkan, berapa jam dalam sehari kita mengeluarkan Bapa dan Yesus dalam diri kita oleh angan-angan, pikiran, dan tindakan kita?

Kembali Yesus menyatakan kerinduan-Nya untuk tinggal dalam diri murid-murid-Nya dan orang-orang yang percaya kepada-Nya.  Hal ini sangat dirindukan Yesus.  Dia sangat rindu memulihkan hubungan yang retak di Eden.  Dia sangat rindu manusia akan kembali memiliki suatu hubungan yang hidup dengan Tuhan.  Mari kita selalu berhubungan dengan Tuhan.  Berdoa terus dalam hati.  Bertanyalah selalu kepada Tuhan dalam hati apa yang harus saya lakukan hari ini?  Rajin baca firman-Nya untuk mencari petunjuk-Nya.  Ambil waktu untuk memiliki “saat teduh”, sendiri dengan Tuhan, hanya Anda dengan Dia di suatu tempat, lakukan ini minimal 3 kali dalam sehari, seperti yang dilakukan Daniel.

Apa yang akan terjadi jika hubungan ini dipulihkan?  “supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”  Ayat 21.  “agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” Ayat 23.  Perhatikan, Yohanes tidak menyebutkan beberapa bagian dunia akan tahu dan percaya.  Yohanes menyatakan bahwa “dunia” akan tahu dan percaya.  Hal ini berarti seluruh dunia.  Mengapa?  Karena seluruh dunia dapat menyaksikan munculnya kemuliaan Tuhan atau karakter Tuhan itu nyata kepada para pengikut-Nya.

Apa yang akan terjadi kalau seluruh dunia tahu dan percaya?  Matius 24:14 menyatakan “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”  Perhatikan, kesudahan itu, kedatangan Yesus itu, yang sudah lama kita nanti-nantikan pada akhirnya akan tiba. 

Mari kita rangkumkan hal ini:   apa bila kita murid-murid dan orang percaya itu menerima kemuliaan Tuhan, yaitu karakter-Nya, maka mereka akan sempurna bersatu.  Persatuan yang sempurna ini akan menuntun kepada kesempurnaan persatuan dengan ke-Allahan.  Persatuan dengan ke-Allahan ini akan membuat seluruh dunia mengetahui dan percaya Yesus.  Seluruh dunia mengetahui dan percaya adalah saat kesudahan itu tiba, kedatangan Yesus.  Renungkan, apakah kita mau menerima dan memantulkan kemuliaan Tuhan itu dalam hidup kita sehari-hari?  Kemuliaan itu dicatat dalam Kel. 34:6,7.

Apa yang terjadi jika hubungan murid-murid dan orang percaya dipulihkan dengan Allah?  “dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”  Dari sini kita dapat melihat, hanya apabila hubungan jemaat Tuhan dipulihkan dengan Khalik, maka dunia akan percaya kepada Yesus.  Dua kali konsep ini diulang.

Seperti Apa Pohon dan Buah Anda?



Ayat Thema:  Lukas 6:43-45  “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik.  Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.  Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak Saudara untuk merenungkan beberapa ayat Alkitab yang terdapat dalam Lukas 6:43-45.  Mari kita mengajukan beberapa pertanyaan untuk menganalisa ayat ini.

Apakah yang dimaksud dengan “pohon” dalam ayat 43?  Perhatikan, “pohon menghasilkan buah”, “hati mengeluarkan barang”.  Jadi, pohon yang dimaksud di sini adalah hati.  Apakah “buah” itu?  Perhatikan, buah dihasilkan oleh pohon.  Dengan demikian, jika kita membandingkan dengan ayat 45, maka, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:  buah itu melambangkan ucapan, karena ucapan muncul dari hati seperti buah muncul dari pohon.  Jadi, Yesus, Pribadi yang tidak pernah salah, menyatakan bahwa, apa yang diucapkan manusia meluap dari hatinya.

Mari kita lanjutkan, seperti apa hati manusia itu?  Yer. 17:9 “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu”.  Hati manusia, semuanya, tanpa terkecuali pendeta, ataupun para rohaniawan, hatinya adalah licik.  Jika perkataan yang kita ucapkan meluap dari hati, maka apa seharusnya ucapan kita?  Ucapan kita juga adalah ucapan-ucapan licik.  Licik bersaudara dengan munafik.  Jadi, berdasarkan pada fakta ini, kita adalah orang-orang licik dan munafik.

Hal ini menjadi suatu alasan kenapa Allah, sebagai Pencipta, harus campur tangan untuk menyelamatkan manusia.  Mengapa?  Tanpa campur tangan Allah, tidak ada manusia yang dapat masuk Sorga, karena pada dasarnya, manusia itu adalah licik dan munafik dalam perkataan, suatu hal yang tidak harmonis dengan gaya hidup Sorga.

Apa bentuk campur tangan Allah untuk menyelesaikan masalah ini?  Wah. 3:20 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya”.  Untuk apa Tuhan mau masuk ke dalam hati kita?  Yeh. 11:19 “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat”.  Sungguh suatu usaha yang besar yang ingin dilakukan Tuhan untuk menyelamatkan kita.  Dia tahu, hanya apabila kita memiliki hati yang taat, maka kita layak untuk tinggal dalam Sorga.  Namun, hati yang taat itu bukanlah alamiah manusia.  Untuk itu, Dia perlu masuk dan mengambil hati kita, dan menggantinya dengan hati yang baru, hati yang taat.  Namun, hal ini hanya akan terjadi apabila setiap menghadapi masalah, kita membuka diri kita.  Tidak cukup membuka diri kita untuk Tuhan kuasai, namun mengijinkan Dia untuk mengambil hati yang licik itu.  Namun itu belumlah cukup juga, kita harus meminta hati yang baru, hati yang taat untuk dikenakkan kepada kita.  Jadi, hanya apabila Yesus ada dalam diri kita, kita dapat menghasilkan buah-buah yang baik.

Dengan kata lain, saat di mana Yesus tidak berada dalam diri kita, kita menjadi manusia yang licik dan munafik. Manusia yang tidak akan tahan untuk tinggal dalam suasana Sorga, suatu tempat yang bebas dari kemunafikkan.  Sebaik apapun tindakan kita, semanis bagaimanapun ucapan kita, itu adalah kemunafikan balaka, karena pada dasarnya, alamiah hati manusia adalah licik.  Undanglah Yesus untuk berada di hati kita.  Bukakan pintu, berikan kesempatan untuk Dia masuk.  Berdoalah untuk hal ini.  Biarkan Dia mengambil dan membuang hati yang licik itu.  Mungkin, saat Dia mengambil hati kita yang licik,mungkin  kita akan merasakan kesakitan yang mendalam, perih.  Namun, apabila kita tetap membiarkan Dia berada dalam hati kita, kita tidak mengeluarkan Dia di saat proses pergantian hati ini, satu hal yang kita tahu, kita akan diberikan hati yang baru, hati yang taat, yang siap untuk bertemu dan memandang Tuhan pada waktu kedatangan-Nya yang kedua.  Matius 5:8 “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”

Namun, apabila kita tidak membuka hati supaya Dia masuk dan mengganti hati kita.  Ataupun, kita sudah membiarkan Dia masuk, namun, ketika proses pergantian hati yang mungkin kita akan merasakan kesakitan dan tekanan, kemudian kita mengeluarkan Dia, maka, hati kita tetaplah hati yang licik.  Kita tidak akan tahan untuk memandang-Nya pada waktu Dia datang.  Gantinya berseru “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!”, kita akan berseru gunung-gunung dan batu-batu:  “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.”  (Yes. 25:9; Wah. 6:16).  Biarkanlah Dia masuk ke dalam hati kita, dan biarkanlah kita mengalami proses pemurnian hati.  Jangan mengeluarkan Yesus dari hati kita, supaya Dia dapat mengganti hati kita dengan hati yang baru, hati yang siap untuk bertemu Yesus dan tinggal bersama Dia selamanya.

Wedding Day

Tanggal 29 April 2011, merupakan hari yang bersejarah bagi kerajaan Inggris, terlebih khusus bagi Pangeran William dan Kate.  Putra dari Pangeran Charles dan Lady Diana yang bernama lengkap William Arthur Philip Louis akan menikahi Catherine Middleton di gereja Westminster Abbey, London.  Pangeran William akan mengenakan seragam militer, yaitu seragam Colonel of the Irish Guards, sesuai tradisi pernikahan kerajaan.  Sementara, gaun dari Kate tetap dirahasiakan sampai acara pernikahan ini dilangsungkan.
 
 Pasangan yang bertunangan pada tanggal 2 Oktober 2010 mengundang sekitar 1900 tamu dalam acara pernikahan mereka.  Diinformasikan bahwa David Beckham dan Victoria juga termasuk dalam undangan tersebut.  Sementara itu, mereka yang tidak mendapat undangan resmi datang dan berkemah di sekitar gereja Westminster Abbey untuk menyaksikan prosesi acara pernikahan tersebut.  Hotel-hotel yang ada di sekitar gerejapun sudah terisi penuh.  Mereka bukan para undangan, namun ingin menyaksikan acara itu lewat jendela kamar hotel.

 Dalam acara ini, keluarga jutawan Middleton, akan membayar biaya pernikahan, termasuk acara di gereja Westminster Abbey, bunga, gaun pengantin, prosesi kereta, resepsi dan jamuan makan.  Pemerintah Inggris akan menanggung semua baya lain terkait dengan pernikahan itu.  Acara ini akan disiarkan secara langsung melalui berbagai media, termasuk youtube dan media televise baik di Inggris maupun di luar Inggris termasuk di Indonesia.  Sungguh suatu pernikahan yang mengagumkan.

Namun, dalam Alkitab, dicatat lagi suatu pernikahan.  Alkitab mencatat “Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: ‘Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.  Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.  Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!’ (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.)  Lalu ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’  Katanya lagi kepadaku: ‘Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.’”  Wahyu 19:6-9.

Ini adalah pernikahan yang terbesar sepanjang sejarah manusia.  Pernikahan ini akan dihadiri oleh “himpunan besar orang banyak”.  KJV menuliskan, perkawinan ini akan dihadiri oleh “great multitude”, suatu kumpulan yang sangat besar.  Ini adalah kumpulan besar yang terdiri bukan hanya manusia, tetapi seluruh mahkluk Sorga, dan juga penduduk seluruh alam semesta yang tidak jatuh dalam dosa itu, akan menyaksikan perkawinan ini.  Ini adalah perkawinan Anak Domba Allah, Yesus Kristus dengan mempelai-Nya.
 Perkawinan ini tidak diadakan di kerajaan yang ternama di dunia ini, yang perlu di jaga ketat oleh petugas militer agar tidak diganggu oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab.  Pernikahan ini diadakan di Sorga, pusat pemerintahan alam semesta, yang tidak perlu takut dengan adanya gangguan teroris yang akan merusak acara itu.  Sungguh suatu pernikahan yang luar biasa.  Sukacita dan kebahagian yang tak terkatakan akan memenuhi hati segenap insan yang menyaksikan pernikahan itu.

Orang yang hadir dalam pesta perikahan itu, adalah mereka yang terbiasa memuji Tuhan.  Hal ini terbukti pada waktu acara itu akan dilaksanakan, ungkapan yang pertama keluar dari bibir mereka adalah “Haleluya!”  Mereka yang terbiasa dengan ucapan persungutan dalam perjalanan menuju hari pernikahan ini, tidak dapat berharap untuk dapat memasuki pesta pernikahan itu.  Jubah mereka telah dinodai oleh persungutan yang membuat mereka tidak layak memasuki ruangan pernikahan itu.  Mereka bersungut atas apa yang terjadi dengan kehidupan, mereka bersungut dengan apa yang terjadi dengan diri mereka, mereka bersungut dengan keadaan gereja yang suam-suam kuku, mereka bersungut melihat pemimpin yang munafik dan korupsi, mereka bersungut melihat anggota-anggota yang cinta diri.  Mereka terus bersungut-sungut gantinya mengasihi dan mendoakan supaya Tuhan campur tangan dalam setiap masalah yang mereka saksikan.  Tanpa mereka sadari, jubah mereka telah dikotori oleh persungutan itu.  “Tamu-tamu dalam pesta Injil itu adalah orang-orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus, mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan.  Tetapi tidak semua orang yang mengaku Kristen adalah murid yang sejati.”  COL. 310.
 Dalam pesta pernikahan itu, seluruh undangan dinyatakan berbahagia melihat kebesaran acara yang dilaksanakan.  Tidak ada pernikahan sebelumnya seperti pernikahan ini.  Mungkin beberapa orang akan mengatakan, bahwa hal ini terlalu dibesar-besarkan, namun, Alkitab mencatat “perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.”

Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah: kapankah hari pernikahan itu akan tiba?  Tanda-tanda sudah begitu jelas.  Kemarin Amerika Selatan digoncangkan oleh Badai Tornado.  Detik.com melaporkan, sedikitnya 220 orang meninggal dunia dan berbagai fasilitas umum diporak-porandakan oleh badai ini.  Ini adalah badai tornado terparah dalam empat dekade terakhir.  Dua bulan yang lalu, gempa yang menewaskan ribuan orang menerjang Negara Jepang.  Namun, apakah inilah penentu waktu pernikahan ini?  Alkitab tidak menyatakan demikian.  Ini hanyalah sebatas tanda datangnya hari itu, namun bukan penentu hari pernikahan tersebut. 

Penentu dari hari itu adalah kesiapan dari mempelai wanita.  Namun, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, siapakah mempelai wanita ini?  Wahyu 21:2 menyatakan bahwa pengantin itu adalah kota suci.  Namun, adalah suatu hal yang sulit dibayangkan bahwa Yesus akan menikah dengan sebuah kota.  Nabi Hosea menyatakan “Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.”  Hosea 2:18.  Di sini Tuhan tidak menyatakan Dia akan menikah dengan sebuah kota, namun dengan umat-Nya.  Dengan melihat gambaran buku Wahyu, maka kita mendapati, kota ini adalah sebuah lambang.  Ini adalah lambang generasi yang hidup tanpa cacat cela.  Mereka telah dikaruniakan “lenan yang halus”, yaitu “perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.”

Wahyu 3:12 menyatakan mereka yang menang akan menjadi “soko guru di dalam Bait Suci”.  Sementara Wahyu 21:12 menyatakan Yerusalem yang baru ini “temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku Israel.”  Ayat ini menunjukkan adanya 12 pintu gerbang dan di atasnya tertulis nama ke 12 suku Israel.  Buku Wahyu menggambarkan 12 Suku Israel itu sebagai kelompok 144.000 yang tidak bercela (Wahyu 7:1-8 dan Wahyu 14:1-5).  Lambang ini lebih nyata ketika malaikat itu mengukur kota itu dan ukurannya adalah 144 hasta, Wah. 21:17. 

Berbagai jenis permata dan emas murni kota ini menggambarkan tabiat orang-orang kelompok 144.000 ini.  Mereka telah mengalami pemurnian.  Iman mereka tidak hangus dibakar dalam api penderitaan, hinaan, celaan, ejekkan, dan bahkan penganiayaan.  Hubungan mereka dengan Yesus adalah suatu hubungan yang hidup, hubungan yang tidak dapat dipisahkan sekalipun oleh maut.  “Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang” tidak ada yang dapat memisahkan mereka dari Kristus.  Mereka tetap bersatu dengan Kristus dalam satu hubungan kasih.  Bukan hanya hal-hal itu, “maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain” tidaklah menjadi suatu alasan bagi mereka untuk tidak mengasihi Tuhan mereka.  Roma 8:35,38,39. 

 Segala jenis penderitaan yang mereka alami bukanlah membawa mereka bersungut-sungut, namun membawa mereka semakin dekat dengan Tuhan.  Hasilnya, iman, pengharapan, dan kasih mereka kepada Tuhan akan muncul seperti berbagai-bagai jenis permata yang berharga dan bagaikan emas yang murni.  Mereka adalah suatu gambaran yang cocok dengan keadaan kota suci itu sendiri.

Suatu hal yang harus kita ingat, hari perkawinan Anak Domba itu ditentukan oleh kesiapan mempelai wanita.  Kita  semua mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi memepelai wanita itu.  Pertanyaannya, seberapa dekat hubungan kasih kita dengan Yesus?  Adakah hubungan itu sirna saat api firnahan membakar kita?  Apakah hubungan kita dengan Tuhan sudah dipisahkan dengan berbagai-bagai hal duniawi?  Apakah kita sudah melirik “pria” yang lain?  Pria sinetron, pria pekerjaan, yang menyebabkan volume kasih kita kepada Yesus semakin berkurang?  Renungkan, kita memiliki kesempatan istimewa untuk mempersiapkan diri dan mempercepat kedatangan hari pernikahan itu.  Bina hubungan dengan Yesus semakin dekat, jika kita ingin menjadi mempelai wanita itu. 

Hari ini, penduduk dunia memusatkan perhatian kepada penampilan Catherine Middleton.  Banyak wanita yang mungkin berangan-angan menjadi Cathrine Middleton pada hari ini karena membayangkan betapa bahagianya bersanding dengan Pangeran Kerajaan Inggris, William Arthur Philip Louis di hari pernikahan yang begitu megah di abad ini.  Namun, kita harus mengingat bahwa, hanya satu Catherine Middleton, dan dialah yang akan  menikah dengan pangeran William.  Mengapa?  Karena dialah yang mencintai pangeran William.  Sudahkan kita mengasihi Tuhan?  Ya, saya mengasihi Tuhan.  Tapi, apakah kita sudah mengasihi-Nya dengan segenap hati kita?  Dengan segenap jiwa kita?  Dengan segenap kekuatan kita?  Dan mengasihi Dia dengan segenap akal kita?  Renungkan, apakah kita layak menjadi mempelai wanita itu, jika kita tidak sepenuhnya mencintai Dia dengan segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal kita?  Kalau kita tidak mengasihi Dia seperti yang Dia minta, mungkinkah kita bukan mempelai wanita-Nya?

Cathrine dan keluarga Middleton mengorbankan harta mereka yang banyak untuk hari pernikahan Cathirne dan Pangeran William.  Mereka rela memberikan uang mereka untuk membayar biaya pernikahan, termasuk acara di gereja Westminster Abbey, bunga, gaun pengantin, prosesi kereta, resepsi dan jamuan makan untuk ribuan tamu yang hadir.  Sebagai calon mempelai wanita Kristus, beranikah kita berkorban?  Ketika Yesus memanggil murid-murid-Nya, Dia meminta mereka untuk meninggalkan segala sesuatu dan hidup setiap hari bahkan setiap jam bersama-sama dengan Dia (Matius 4:19-22; 19:21).  Maukah kita berkorban untuk Kristus?  Renungkan, kalau kita tidak berani berkorban untuk Dia, mungkinkah kita ini bukan mempelai wanita-Nya?

Jikalau kita belum mengasihi Dia dengan sepenuh hati, berdoalah seperti ini:  Tuhan, aku mau untuk hidup bersama-Mu, selamanya.  Aku mau mengasihi-Mu.  Aku mau untuk berkorban demi Engkau.  Namun, aku tidak sanggup melakukannya dengan kekuatanku.  Aku terlau lemah untuk melakukannya.  Pencobaan-pencobaan yang datang terlalu berat untuk saya hadapi.  Bantu aku, aku bermohon, aku berserah.  Aku mau mengasihi-Mu dengan jenis kasih yang Engkau kehendaki.  Amin.

Pray Without Ceasing



Dalam kategori surat-surat rasul Paulus, surat kepada jemaat Tesalonika dikategorikan “Eschatological Letter”.  Ini berarti, pekabaran dalam surat Tesalonika adalah penting untuk disimak.  Lebih dari pada itu, pekabaran dalam surat kepada jemaat di Tesalonika akan dihidupkan oleh mereka yang menjadi umat Allah yang sebenarnya di akhir zaman.  Salah satu pekabaran dalam surat Tesalonika adalah “Tetaplah berdoa” 1Tes. 5:17.

Kita sudah sering mendengar kata-kata ini dalam bahasa Indonesia, tapi saat ini, saya ingin mengajak saudara-saudara untuk melihat dalam beberapa versi Alkitab sehingga kita dapat mengerti arti ayat ini.  KJV “Pray without ceasing” atau berdoa tanpa berhenti.  CEV “and never stop praying” atau dan janganlah pernah berhenti berdoa.  GNB “pray at all times” atau berdoalah pada setiap waktu/detik.  GW “never stop praying” atau jangan berhenti berdoa.  ISV “Continually be prayerful” Berdoa berkelanjutan.  Ellen G. White mengibaratkan doa itu seperti nafas. Mar. 85.  Renungkan sejenak, apakah kehidupan kerohanian saya masih hidup?

Dari pengertian ini, kita mendapati bahwa berdoa tanpa henti adalah ciri mereka yang menjadi umat Allah yang sebenarnya di akhir zaman atau zaman dimana kita hidup.  Namun jangan salah mengerti, berdoa bukan selamanya dalam sikap tutup mata dan bertelut atau berdiri.  Doa yang dimaksudkan di sini adalah suatu jenis hubungan yang tidak pernah putus dengan Tuhan.  Suatu perasaan yang sangat membutuhkan Tuhan.  Suatu perasaan yang berpikir tanpa Tuhan, tanpa pertolongan-Nya kita tidak ada apa-apa.

Yesus memberikan suatu penegasan dalam Lukas 18:1 “Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”.  Doa yang tidak berkeputusan, permohonan yang terus menerus menurut pengertian Yesus adalah sangat penting.  Jika nasihat ini begitu jelas, menyatakan kepada kita untuk tidak putus dalam doa, pertanyaan, apa sebenarnya alasan dibalik perintah ini? Berikut beberapa alasan dari Alkitab dan Roh Nubuat:

1.  Alkitab menggambarkan Iblis seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari mangsa untuk ditelannya.  Perlu kita ketahui, selama kita memiliki hubungan dengan Tuhan, setan tidak berkuasa atas kita. Ellen G. White menyebutkan ”No man (termasuk Yesus) is safe for a day or an hour without prayer” GC. 530.  Itu sebabnya Yesus menegaskan bahwa kita harus selalu berdoa tanpa jemu-jemu.  Mengapa?  Karena pada saat kita putus hubungan dengan kita, Setan berkuasa atas kita, kata lain kita jadi budak Iblis, artinya, kita hamba Iblis bukan hamba Tuhan.  Selanjutnya, Ellen G. White menyatakan bahwa tujuan Setan satu-satunya hanyalah memisahkan kita dari Kristus, TTP 154.  Renungkan, berapa berapa jam lamanya Setan mencapai tujuannya dalam hidup kita?

2.  Kita berdoa karena kita butuh Tuhan dan memang setiap detik sebenarnya kita butuh Tuhan.  Detik dimana kita tidak butuh Tuhan adalah detik ketika kita rasa yakin dengan kemampuan pribadi kita.  Orang yang merasa yakin dia dapat melakukan sesuatu tanpa Tuhan sedang mempraktekkan kehidupan Righteousness by Works yang mana orang jenis ini tidak mendapat tempat dalam kerajaan Allah.

3.  Kalau kita mengaku carang dari Pokok Anggur, maka adalah tugas kita untuk menempel (keep in connect).  Kecuali kita bukan carang dari Pokok Anggur, kita tidak nempel.  Hanya carang pokok anggur yang akan terus nempel pada pohonnya.

4.  Lukas 18:7 “Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya?”  Perhatikan, siapa orang yang dibenarkan Allah?  Apakah Saudara, sejauh ini sudah merasa orang benar karena sudah Advent bahkan sudah Pendeta?  Renungkan!  Selanjutnya, siapa umat pilihan Allah?  Mereka yang berseru kepada Tuhan siang dan malam.  Kita tentu tau istilah ”banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih” bukan?  Kita sudah dipanggil, tetapi apakah kita sudah dipilih untuk diselamatkan.  Periksa kehidupan doa kita, kita tahu jawabannya.  Selama hari itu disebut siang dan sepanjang hari itu disebut malam, apakah kita tetap berdoa pada waktu itu?

5.  Jika Allah mendapati suatu kelompok yang memiliki intensitas doa semakin lama semakin banyak doanya, later rain tiba, TTP 151. Bukankah kita semua merindukan hal itu?  Bukankah kita semua ingin menikmati pengalaman later rain itu?  Berdoalah tanpa berkeputusan!

Untuk praktek doa, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan menurut catatan Alkitab dan Roh Nubuat.
1.  Setiap detik, dalam segala tempat dan keadaan, tetap angkat hati kita kepada Tuhan.  Sadari alasan-alasan kenapa kita harus berdoa.  Berdoa seperti Henokh berdoa, dia hidup bergaul dengan Allah.
2.  Ambil waktu untuk berdoa secara pribadi di tempat doa atau tempat-tempat tersembunyi minimal 3 kali sehari dimana kita berada di sana hanya dengan Tuhan.  Kenapa 3 kali sehari?  Saya mengambil kehidupan Daniel dalam Daniel 6.  Dia melakukan hal ini (Dan. 6:11) dan dia disebutkan ”hamba Allah yang hidup” Dan. 6:21.  Ingatlah hal ini saudaraku, kelompok 144.000 mereka juga disebut sebagai ”hamba-hamba Allah” yang mendapat ”meterai Allah yang hidup”, Wah. 7:2,3.  Adalah sangat mungkin, kelompok 144.000 ini, final generation, yang akan menerima later rain, dan memasuki great tribulation, mendengar suara Allah mengumumkan hari dan jam kedatangan-Nya, dan akan melihat Tuhan tanpa mengalami kematian, adalah mereka yang memiliki kehidupan doa seperti Daniel.  Bukankah Anda ingin merasakan pengalaman itu?  Alami suatu kehidupan berjalan bersama Tuhan melalui kehidupan doamu!

Sebuah Ilustrasi:  Beberapa bulan yang lalu, istri saya bertanya kepada saya katanya ”bagaimana supaya saya dapat berdoa tanpa putus?”  Dengan spontan keluar dari bibir saya yang saya tidak pernah saya pikirkan sebelumnya ilustrasi ini:  doa ibarat signal dalam HP.  Hanya ada dua kemungkinan apabila signal itu hilang, yang pertama HP itu lagi error, dan kemungkinan yang kedua HP itu jauh dari towernya.  Demikian juga dengan doa, jika kita tidak berdoa, hanya ada dua kemungkinan, pertama kehidupan kerohanian kita lagi error dan kemungkinan yang kedua kita jauh dari Sumber kehidupan kita.  Saya berdoa, agar saudara sekalian menyadari kebenaran mengenai doa ini.  Amin!