Ayat hafalan: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus, Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukuman dosa dan hukuman maut.” Roma 8:1,2.
Pendahuluan: Sejarah Kristen penuh dengan lembaran hitam. Mengapa? Karena tidak semua yang mengaku Kristen menghidupkan kehidupan Kristen. Yesus berkata: “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Mat. 22:14. Mereka yang dipanggil, belum tentu “layak” untuk dipilih. Siapakah mereka yang pada akhirnya dipandang layak untuk dipilih? Inilah yang menjadi inti pelajaran pada pekan ini.
Intisari Pelajaran:
Matius Pasal 22 dilatarbelakangi dengan usaha dari orang Farisi, ahli-ahli Taurat, dan Imam-imam untuk menjerat Yesus (Mat. 21). Mereka merupakan bangsa pilihan, namun mereka menunjukkan sikap yang membuat mereka tidak layak menjadi bangsa pilihan. Untuk alasan ini, Yesus memberikan “perumpamaan tentang perjamuan kawin” dalam Matius 22.
Dalam ayat 1, 2, Yesus mendahului perumpamaan-Nya tentang perjamuan kawin. Tidak dicatat pada bagian ini, bahkan pada ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini bahwa pengantin itu sudah ada pada pesta. Kita mengetahui dalam kebiasaan, biasanya pengantin itu datang pada waktu semua sudah beres. Pengantin tidak datang pada saat para undangan sementara diundang, dia tidak datang juga pada saat undangan lagi berdatangan, bahkan, pada waktu hidangan sudah tersedia dan undangan sudah datang, biasanya kita harus menunggu beberapa saat baru pengantin itu datang. Seperti inilah gambaran pesta ini. Pesta ini tidak menyinggung saat-saat bersama pengantin. Waktu dalam perumpamaan pesta ini adalah saat hidangan tersedia, undangan dijalankan, undangan datang menghadiri, pemeriksaan undangan oleh raja yang berpesta. Namun, cerita ini tidak berlanjut sampai kepada datangnya pengantin. Cerita ini hanya berhenti sampai pada para undangan siap menyaksikan pengantin datang.
Dalam ayat 3-6, di sini kita melihat undangan yang pertama. Mereka adalah orang-orang pilihan. Mengapa? Karena yang mengundang adalah raja. Kita ingat pernikahan pangeran William dan Kate, hanya orang-orang pilihan yang diundang dalam pesta itu. Berdasarkan latar belakang cerita ini, kita dapat mengerti bahwa, ini menunjuk kepada bangsa Yahudi sebagai bangsa pilihan Allah. Namun, respons mereka terhadap panggilan itu menyatakan mereka tidak layak untuk panggilan itu.
Dalam ayat 7, kita dapat melihat akibat penolakkan mereka. Penolakan mereka mengakibatkan kebinasaan mereka dan kota mereka. Ini adalah suatu lambang kematian orang-orang Yahudi yang menolak Yesus. Mereka mati dalam kota mereka, kota Yerusalem, ketika kota itu dihancurkan oleh Titus pada tahun 70. Sebelum tahun 70, tentara Roma sudah datang mengepung kota itu. Namun, karena alasan lain, mereka meninggalkan kota itu. Saat tentara-tentara meninggalkan kota itu, orang-orang yang percaya Yesus segera meninggalkan kota itu. Mereka percaya apa yang tertulis dalam Matius 24:15-18. Sedangkan orang-orang yang tidak percaya, mereka tetap tinggal, dan ketika tentara Roma dibawah pimpinan Titus kembali pada tahun 70, dia membinasakan semua yang tinggal di Yerusalem, mereka yang tidak percaya nubuatan Yesus, dihancurkan bersama-sama dengan kota Yerusalem pada saat itu.
Dalam ayat 8, Yesus memberikan alasan kenapa Dia menolak mereka sebagai bangsa pilihan. Mereka dinyatakan “tidak layak”. Mereka dinyatakan tidak layak karena mereka sendirilah yang menyatakan diri “tidak layak” melalui sambutan mereka terhadap undangan raja. Hal itu sebenarnya tidak datang dari pihak raja, namun dari para undangan yang menolak undangan itu. Mereka dinyatakan tidak layak, karena mereka menolak undangan itu.
Dalam ayat 9-10, panggilan itu ditujukan kepada siapa saja yang ditemui. Suatu gambaran yang sangat tepat dengan keadaan orang Yahudi. Sesudah mereka menolak Kristus, akhirnya mereka ditolak, dan suatu kelompok yang baru bangkit menggantikan tempat mereka. Itu adalah gereja mula-mula yang terdiri dari orang-orang kafir yang mau menerima Yesus dan juga sebagian orang Yahudi yang pada akhirnya menerima Kristus.
Dalam ayat 11-14 menyatakan, memang panggilan itu pada akhirnya diberikan kepada semua orang. Namun, bukan berarti raja itu telah menghilangkan ketentuan pestanya. Suatu aplikasi yang sangat cocok untuk keadaan ini. Walaupun orang Yahudi sudah ditolak dan akhirnya pekabaran itu diberikan kepada bangsa-bangsa lain, bukan berarti itu menghilangkan ketentuan-ketentuan yang telah Allah buat. Itu tetap berlaku. Ketentuan-ketentuan itu begitu penting, sehingga mereka yang walaupun menerima undangan itu, namun tidak mematuhi undangan itu, mereka akan memiliki nasib yang sama dengan mereka yang menolak undangan itu. Nasibnya adalah: dibinasakan!
Namun, sebagaimana Matius 24 yang memiliki dua kegenapan, demikian juga perumpamaan ini. Ini memiliki kegenapan pada zaman Yesus dan rasul-rasul, juga memiliki kegenapan di akhir zaman. Mengapa? Karena perumpamaan ini sedang membicarakan undangan pesta sampai kepada sesaat sebelum pengantin itu datang. Dengan demikian, penggenapan akhir zaman terhadap perumpamaan ini adalah sejak dikumandangkannya pekabaran malaikat pertama sampai kepada sesaat sebelum kedatangan Yesus. Pekabaran “sembahlah Dia” dalam Wah. 14:7 merupakan undangan itu. Sejak saat itu, sampai sebelum kedatangan Yesus, respons umat-umat Tuhan sangat menentukan keselamatan mereka. Seperti apa respons-respons yang dikemukakan oleh para penolak-penolak itu? Mereka “tidak mau datang” (ay. 3) dan mereka “tidak mengindahkannya” (ay. 5). Apa alasan-alasan yang mereka kemukakan?
Kelompok yang pertama, mereka pergi ke ladangnya, ay. 5. Rupanya kelompok ini baru membeli lading (Luk. 14:18). Faktanya, ladang itu sudah dibeli. Tidak ada hal yang perlu dikuatirkan. Alasan ini sungguh tidak tepat dan tidak masuk diakal jika dibandingkan dengan penghargaan seorang raja yang memberikan dia undangan untuk itu. Demikian juga dengan kita, undangan untuk datang kepada Tuhan melalui doa dan membaca Alkitab kelihatannya kita kurang menghiraukannya. Terkadang kita membuat suatu alasan yang sangat tidak masuk diakal supaya kita tidak datang. Mungkin kita berkata, Tuhan, sinetron ini terlalu bagus, saya harus melihat kelanjutan ceritanya. Tuhan, saya lebih suka untuk internetan dari pada berhubungan dengan Engkau. Tuhan, saya mau jalan-jalan dulu di Mall. Tuhan, saya mau refreshing dulu. Tuhan, saya mau tidur dulu. Maafkan saya, saya tidak ada waktu untuk datang pada-Mu! Dengan melakukannya, tanpa disadari, kita sudah mewakili kelompok yang pertama yang menolak undangan itu.
Kelompok yang kedua, mereka pergi mengurus usahanya, ay. 5. Kelompok yang kedua ini, mereka adalah orang yang sepertinya memiliki alasan yang tepat. Mereka orang yang terlalu sibuk dengan usahanya. Sepertinya usahanya akan menghasilkan uang yang sangat banyak, kemungkinan juga, orang ini berpikir bahwa uang itu akan berguna untuk orang lain. Dia lebih mementingkan usahanya dibandingkan dengan panggilan untuk menyembah Tuhan. Dia meminta dimaafkan, namun, apa yang terjadi? Tak ada maaf bagi orang ini, ay. 7. Dia telah menghilangkan bagian yang terpenting dalam hidupnya, yaitu: hubungan pribadi dengan Tuhan. Mungkin nasihat ini cocok untuk kelompok yang kedua: “Tetapi haruslah engkau ingat kepada Tuhan, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan” Ul. 8:18.
Kelompok yang ketiga mengatakan, “Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya”, Luk. 14:18. Sepertinya kelompok ini mewakili kelompok petani. Kesibukkan pertaniannya membuat dia beralasan tidak ada waktu untuk Tuhan.
Kelompok yang keempat mengatakan, “Aku baru kawin dank arena itu aku tidak dapat datang.” Luk. 14:20. Faktanya dia sudah selesai menikah. Justru, dia dapat membawa istrinya untuk ikut dalam pesta itu. Namun, mungkin kita sedikit mengerti akan alasannya. Dalam tradisi di daerah saya, orang yang baru menikah akan sibuk dengan keluarganya. Karena saat itu, keluarga dari dua belah pihak datang berkumpul. Sepertinya, orang ini menggunakan alasan keluarga untuk beralasan. Bagi dia, keluarga adalah nomor satu. Dia tidak dapat menuruti perintah Tuhan karena alasan keluarga. Namun, Yesus berkata: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.” Mat. 10:37.
Kelompok penolak yang kelima dalam cerita ini, sepertinya tidak memberikan banyak alasan. Namun, tindakannya menyatakan bahwa dia tidak suka dengan raja itu. Wujud dari rasa tidak suka kepada raja ini dinyatakan dengan perlakuannya, dia menangkap pembawa undangan itu. Tidak puas dengan hanya menangkap, dia menyiksa. Namun, rupanya itu belum cukup. Pada akhirnya dia membunuh utusan raja itu. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan “tidak suka” kepada raja dan utusannya ini semakin lama semakin meningkat. Demikianlah dengan kelompok yang kelima. Ketika ada utusan Tuhan yang mengajak untuk datang kepada Tuhan dengan cara mengaku dosa kepada Tuhan dan meninggalkan dosa-dosa, orang ini sangat tidak menyukainya. Ketika ada utusan yang menyerukan pekabaran-pekabaran untuk persiapan kedatangan Tuhan, kelompok ini bukannya semakin menyadari, justru mereka semakin menolak pekabaran itu. Hujung-hujungnya, mereka menyiksa dan membunuh juru kabar itu. Apa artinya? Mereka menjadi kelompok penganiaya. Jadi, apabila kita membiasakan roh menolak pekabaran-pekabaran untuk persiapan kedatangan Tuhan, pada hujung-hujungnya, kita akan bergabung dengan kuasa penganiaya yang akan menerima 7 malapetaka di akhir zaman.
Sebelum lanjut, coba pikirkan sejenak. Siapa yang tidak suka dengan undangan raja? Sepertinya tidak ada orang yang tidak suka dan sepertinya, semua orang akan merasa sangat dihargai apabila undangan itu datang dari raja, sepertinya juga, orang yang menerima undangan raja itu akan berusaha semampunya untuk hadir dalam acara itu. Namun, kenyataannya, mereka menolak! Apa sebenarnya yang terjadi? Sangat mungkin, undangan itu disertai dengan ketentuan-ketentuan acara perjamuan kawin dan ketentuan-ketentuan itu tidak disukai oleh penerima undangan itu. Demikian juga dengan kita yang menerima undangan itu, mungkin kita suka bahkan sangat suka untuk masuk Sorga, namun, kita tidak menyukai jalan untuk ke sana! Sangat tepat Yesus mengatakan: “Karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya.” Mat. 7:14.
Jadi, dari alasan-alasan yang dikemukakan di sini, sepertinya, sudah mewakili kelompok besar aktivitas-aktivitas manusia sehari-hari. Dengan kata lain, apapun alasan kita, itu tidak dibenarkan jika kita menolak panggilan untuk datang kepada Tuhan. Faktanya, raja itu murka kepada mereka yang sudah menolak panggilan itu.
Akhirnya, panggilan itu ditujukan kepada setiap orang yang dijumpai, Mat. 22:10. Mereka menerima panggilan ini. Namun, hal ini tidak menyelesaikan masalah itu. Muncul lagi masalah yang baru. Seseorang tidak memakai pakaian pesta! Apa lambang pakaian ini? Ellen White menuliskan: “Pakaian pernikahan dalam perumpamaan ini melambangkan karakter Kristus yang murni dan tidak bernoda yang dimiliki oleh pengikut-Nya yang sungguh-sungguh.” COL. 310. Bagaimana dengan nasib dari orang ini? Dia mendapatkan kebinasaan seperti layaknya orang-orang yang menolak panggilan itu, ay. 7,13.
Sebelum pengantin datang, raja itu mengadakan pemeriksaan. Ini adalah suatu gambaran yang sangat tepat dengan keadaan kita saat ini. Kita sedang menunggu kapan pengantin itu datang. Ellen White dalam suatu penglihatan, dia melihat meja itu telah tersedia di Sorga, EW. 20. Namun, sebelum pengantin itu datang, akan ada pemeriksaan. Hal inilah yang kita sebut dengan pengadilan pemeriksaan yang dimulai sebelum kedatangan Yesus. Hal ini akan berlanjut sampai pada waktu Yesus datang. Kita harus didapati mengenakkan jubah itu (Perhatikan dua pelajaran terakhir bagaimana mendapatkan jubah itu).
Sekarang, mari kita lihat kepada orang yang tidak memakai jubah ini. Perhatikan, dia menerima panggilan itu, dia berada dalam kelompok itu, namun, dia tidak memakai jubah itu yang merupakan satu ketentuan juga! Yesus berkata: “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu” Mat. 5:48. Kita tidak bisa tinggal dalam keadaan suam-suam kuku Laodikea, kita harus melakukan semua perintah Tuhan. Di masa pemeriksaan ini, “Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan”, Mat. 23:23. Allah menuntut kesempurnaan dalam penurutan saat ini.. kita tidak bisa berkata, cuuplah saya jadi Advent, bersama-sama yang lain pada hari Sabat, hadir dalam pertemuan-pertemuan ibadah, ini sudah cukup! Namun, jika kita tidak menuruti kebenaran-kebenaran saat ini sebagai persiapan-persiapan untuk peristiwa-peristiwa yang ada di hadapan kita? kita sudah tertipu! Ingatlah, di pengadilan pemeriksaan ini, mereka yang tidak mau melakukan tuntutan-tuntutan Tuhan akan bernasib sama dengan mereka yang menolak panggilan itu.
Kita tidak bisa tinggal dalam kondisi Laodikea. Kita menerima panggilan itu, kita ikut bersama-sama dalam kebaktian, namun kita mengabaikan dress reform, health reform, mengabaikan hubungan pribadi dengan Tuhan, mengabaikan reformasi mengejar kepentingan diri, mengabaikan belas kasihan? Ingatlah, sebelum kedatangan Tuhan, Tuhan akan mencari suatu umat yang sempurna dalam penurutan seperti Kristus. Mereka seperti Kristus karena mereka memiliki hubungan pribadi dengan Kristus. Mereka menerima panggilan itu, mereka datang, mengikuti ketentuan-ketentuan acara, dan memakai jubah itu! Mereka sempurna di hadapan raja yang mengadakan pemeriksaan itu. Mereka siap untuk kedatangan Tuhan. Mereka siap untuk makan pada acara perjamuan itu.
Sebagai kesimpulan: banyak yang dipanggil, tapi sedikit yang dipilih. Yang tidak dipilih akan dibinasakan. Kita sudah dipanggil, namun, pertanyaannya, apakah kita sudah dipilih? Periksa hati kita, jika kita menemukan borok dosa di dalamnya, berdoalah supaya Allah mengganti hati kita dengan hati yang baru, supaya kita dapat sempurna di hadapan-Nya pada waktu pengadilan pemeriksaan itu.